Unusa Surabaya Dirikan Inkubator Institusi
Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berupaya meningkatkan kualitas para mahasiswanya. Salah satunya dengan mendirikan Inkubator Institusi. Mahasiswa yang mengikuti program baru itu bakal mendapatkan pelatihan. Kelak dengan bekal skill tersebut, mereka bisa mendapatkan kesempatan berkarier di luar negeri.
Rektor Unusa Prof Jazidie menjelaskan, kampusnya bekerja sama dengan Japan Foundation dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk mendirikan Inkubator Institusi pada 2020. Lembaga itu memberikan pelatihan kepada mahasiswa Unusa. Terutama mereka yang ingin bekerja di luar negeri. Mahasiswa yang bergabung dalam Inkubator Institusi mendapat tambahan ilmu. Pihak kampus memberikan pelatihan bahasa dan budaya. “Tujuannya, mereka tidak hanya mengiasai keterampilan yang berkaitan dengan profesinya, tapi juga memahami bidaya masyarakatnya,” ucap Jazidie.
Program tersebut berguna bagi masa depan tenaga kerja Indonesia. Misalnya, budaya. Banyak hal yang bisa diteladani dari budaya luar negeri. Jepang dikenal dengan kedisiplinan, kecermatan, dan ketelitian warganya.
Ketua Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) Unusa Ima Nadatien menjelaskan, sejauh ini banyak mahasiswa yang tertarik bergabung. Terutama mahasiswa jurusan keperawatan. Sebab, sejak 2020 sejumlah negara membutuhkan tenaga pengasuh atau caregiver.
Berdasar data terakhir, terdapat 45 mahasiswa S-1 keperawatan tahun akademik 2021-2022 yang mengikuti program inkubator. Seluruhnya merupakan mahasiswa semester VII. Mereka mengikuti sejumlah pelatihan bahasa dan budaya untuk tenaga caregiver di Jepang.
Sebelumnya, ada 60 peserta yang bergabung. Mereka telah selesai mengikuti pelatihan untuk tenaga caregiver ke Jepang. Yakni, sejak Agustus hingga Desember 2020. Namun, para peserta itu masih menunggu ujian bahasa lanjutan untuk mendapat visa kerja ke Negeri Matahari Terbit tersebut. “Kuota ujiannya terbatas karena masih pandemi,” jelas Ima.
Bukan hanya Jepang. LPKS juga membuka kesempatan bagi alumni untuk bekerja di berbagai negara. Misalnya, Arab Saudi dan Jerman. Bahkan, saat ini ada satu alumnus S-1 keperawatan yang mendaftar program G-to-G di jerman untuk posisi caregiver. Alumnus tersebut sedang menunggu proses seleksi untuk pelatihan bahasa Jerman. “Itu juga dibiayai pemerintah Jerman,” papar dia. (nas/c7/aph)